Selasa, 10 April 2007

Biomas, Kompor Berbahan Bakar Serbuk Tumbuhan

Laporan Wartawan Kompas Siwi Nurbiajanti

BREBES, KOMPAS - Serbuk tumbuhan, seperti sisa gergaji
kayu dan sekam, selama ini lebih sering hanya dijadikan
sebagai sampah. Namun saat ini, barang sisa tersebut dapat
digunakan sebagai salah satu bahan bakar alternatif, untuk
menggantikan minyak tanah dan gas yang semakin mahal.

Pemanfaatan serbuk tumbuhan, seperti sisa gergaji kayu dan
sekam sebagai bahan bakar kompor, ditemukan oleh Ahmad
Sucipto (33), warga Desa Sutamaja, Kecamatan Kersana,
Kabupaten Brebes. Kompor dengan bahan bakar serbuk gergaji
kayu dan sekam padi diberinya nama biomas. Biomas
diartikan sebagai memasak menggunakan tumbuh-tumbuhan.

Penggunaan kompor biomas mulai diperkenalkan oleh Ahmad
Sucipto sejak satu tahun lalu. Awalnya, ia memproduksi
sekitar 200 unit kompor untuk dipasarkan ke beberapa
wilayah di Kabupaten Brebes. Satu unit kompor dijual Rp
80.000. Bersama dua temannya, yaitu Arief Jauhari dan Agus
Purwanto, ia berupaya untuk terus menyempurnakan bentuk
dan kualitas kompor. Ia berharap, kompor biomas bisa
dipasarkan ke seluruh Indonesia.

Kompor biomas yang dibuat oleh Ahmad Sucipto memiliki
sistem kerja seperti kompor minyak tanah. Kompor tersebut
berbentuk tabung, dengan tinggi 43,5 sentimeter dan
diameter 29,5 sentimeter. Di dalam kompor terdapat tabung
berukuran lebih kecil, untuk tempat menyimpan serbuk
gergaji kayu atau sekam. Kompor tersebut dapat dinyalakan
dengan membakar serbuk gergaji kayu atau sekam melalui
lubang di samping tabung.

Ahmad menuturkan, ide pembuatan kompor biomas berawal dari
keprihatinan terhadap mahalnya harga minyak tanah dan gas.
Menurutnya, hal itu akibat tingginya ketergantungan
masyarakat terhadap dua jenis bahan bakar tersebut.
Padahal sebenarnya, banyak sumber alam lain yang bisa
digunakan sebagai bahan bakar, seperti serbuk gergaji kayu
dan sekam padi. Bahkan, masyarakat di pesedaan ada yang
telah menggunakan barang-barang tersebut untuk bahan
bakar. Namun penggunaannya masih sangat tradisional,
dengan menggunakan tungku sehingga menimbulkan asap tebal.

Oleh karena itu, ia ingin mengemas kedua jenis bahan bakar
tradisional itu menjadi bahan bakar yang praktis dan dapat
dimanfaatkan oleh semua lapisan masyarakat. Terlebih
selama ini ia yang juga memiliki rice mill (penggilingan
padi), sering melihat sekam padi terbuang secara percuma.
Akhirnya Ahmad pun melakukan berbagai uji coba sehingga
ditemukan kompor biomas.

Kompor biomas memiliki nyala api merah, namun tidak
menimbulkan asap. Untuk satu tabung, diperlukan serbuk
gergaji kayu atau sekam padi sebanyak 1,25 kilogram.
Dengan bahan bakar sebanyak itu, bisa dihasilkan nyala api
selama dua jam. Besar kecilnya nyala api kompor biomas
bisa diatur, sesuai dengan kebutuhan.

Menurut Ahmad, penggunaan kompor biomas jauh lebih irit
bila dibandingkan dengan kompor minyak tanah. Jumlah
kalori panas yang dihasilkan pun lebih banyak.

Dari hasil perbandingan yang dilakukannya, untuk merebus
satu panci air hingga mendidih dengan menggunakan kompor
minyak tanah, diperlukan waktu selama 32 menit. Namun
dengan menggunakan kompor biomas hanya dibutuhkan waktu
sekitar 18 menit. Selain itu, dengan menggunakan kompor
biomas, bisa dilakukan penghematan hingga Rp 18.000 per
minggu, bila dibandingkan dengan menggunakan kompor minyak
tanah.

Saat ini, Ahmad berusaha untuk memperluas wilayah
pemasarannya. Untuk itu, ia akan membuat agen-agen di
beberapa daerah di Indonesia. Untuk mempermudah konsumen,
ia juga menyediakan serbuk gergaji kayu dan sekam yang
sudah dikemas. Satu bungkus serbuk gergaji kayu dan sekam
berukuran delapan kilogram, dijual Rp 40.000.

http://www.kompas.co.id/ver1/Iptek/0704/02/114707.htm

1 komentar:

  1. di daerah q(tempat aku tinggal) banyak sekali sekam padi yang benar2 tidak di manfaatkan... aku sangat tertarik...
    mohon untuk kerjasamanya...

    wilson.hardianus@gmail.com

    BalasHapus

Custom Search